Budidaya Ikan Sistem Karamba di Kulon Progo

Budidaya perikanan merupakan sub sektor usaha yang cukup luas, fleksibel, beraneka bentuk dan cara, mulai dari budidaya kolam tanah, kolam permanen, kolam bulat, kolam sistem bioflok, mina padi, juga termasuk karamba. Bagaimana nasibmu wahai karamba di Kulon Progo?

Merurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karamba adalah kurungan dari anyaman bambu yang ditempatkan (diapungkan) di sungai (danau, tepi laut) sebagai tempat beternak ikan (udang dan sebagainya). Karamba adalah budidaya ikan dalam “sangkar” dengan memanfaatkan badan air sungai, danau, waduk, embung, laut, maupun perairan umum lainnya. Kabupaten Kulon Progo memiliki potensi budidaya ikan dalam karamba, mengingat ada beberapa sungai besar seperti Sungai Progo, Sungai Serang, Sungai Bogowonto, Sungai Gunsaero, Sungai Tinalah, Sungai Papah, waduk Sermo, dan badan air lainnya (embung Kleco, embung Blubuk, embung Batur, dll).

Dari sekian banyak potensi budidaya ikan menggunakan karamba tersebut, ternyata masih sangat sedikit potensi yang termanfaatkan dengan baik. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya minat budidaya dalam karamba adalah faktor resiko banjir yang menyebabkan rusaknya karamba dan hilangnya ikan budidaya dan menyebabkan kerugian total yang cukup besar. Disamping itu juga kekhawatiran terjadinya pencurian ikan yang masih acap kali terjadi sehingga membuat para pembudidaya ikan karamba menjadi jera.

Salah satu usaha budidaya ikan dalam karamba yang masih bertahan adalah budidaya ikan karamba di sepanjang Kali Papah, Dusun Sentolo Lor, Kalurahan Sentolo. Menurut salah satu pembudidaya ikan karamba yang telah diwawancara (Sdr. Slamet Riyadi – Sentolo Lor, Sentolo), satu unit karamba ukuran PxLxT : 2,5 m x 1,5 m x 1 m membutuhkan biaya 1,5 juta rupiah. Karamba dibuat dari patok kayu, rangka kayu, ram bambu dan dilapis rami plastik yang kuat. Budidaya karamba ini merupakan salah satu cabang usaha budidaya ikan dari Kelompok Pembudidaya Ikan Argo Mina, Sentolo Lor, Kapanewon Sentolo. Kelompok memiliki 20 buah kolam karamba yang masih eksisting budidaya, walaupun sebagiannya rusak akibat banjir Sungai Papah (Gambar terlampir).

Teknis budidaya karamba dengan jenis ikan varietas Nila merah (Nilasa-Nila Satria) dan Nila Gesit dipelihara di kolam pendederan terlebih dahulu (Kolam terpal) sampai dengan ukuran sangkal (7-8 cm). Setelah itu baru dipelihara dalam karamba yang akan memacu pertumbuhan ikan lebih cepat daripada dipelihara di kolam terpal/tanah. Hal ini karena tersedianya pakan alami yang terus menerus dari aliran air di sungai Papah, dan aliran air sungai yang membuat ikan lincah bergerak menjadikan tekstur daging ikan lebih padat/legit.

Permasalahan yang lain adalah perlunya singkronisasi kegiatan dengan instansi terkait (Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum – Bidang Pengairan) agar terbentuk kesepahaman dalam penggunaan air dalam usaha perikanan dan pertanian yang saling bersinergi. Air yang telah dipakai untuk perikanan membawa usnsur N dan P yang lebih tinggi sehingga menjadikan tanaman pertanian lebih subur dan hasil tani akan lebih meningkat.

 

Kontributor : Suryadi, S.Kel